Budidaya padi organik NASA tidak hanya aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia, tetapi secara ekonomis juga lebih menguntungkan dibanding budidaya padi non-organik. Berikut ini disajikan perbandingan analisis usaha budidaya padi mentik wangi susu organik NASA dan non-organik. Dengan membandingkan hasil analisis dari kedua cara budidaya tersebut maka petani dapat menyimpulkan sendiri suatu cara budidaya yang terbaik. Analisis usaha dibuat dengan luasan lahan 1 hektar, Varietas Lokal mentik wangi susu. Harga yang digunakan berlaku untuk daerah Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada tahun 2011.
BIAYA OPERASIONAL
Biaya operasional budidaya padi organik NASA pola SRI dan non-organik merupakan biaya yang dikeluarkan selama budidaya padi yang meliputi biaya sarana produksi ( benih, pupuk, dan pestisida ) dan biaya tenaga kerja serta sewa lahan. Adapun biaya operasional tersebut dapat dilihat pada table 6. Pada table 6 tersebut dapat dilihat bahwa biaya operasional mulai penyediaan benih dan pupuk organik dan pestisida pada padi organik NASA pola SRI dan non organik tampak berbeda. Perbedaan tampak jelas pada pemupukan, yaitu penggunaan pupuk kandang, Dolomit dan SUPERNASA sebagai pupuk dasar pada padi organik NASA pola SRI, sedang pada padi non organic sama sekali tidak menggunakan pupuk dasar. Namun justru pada pemupukan susulan pada budidaya padi non – organik lebih banyak pupuk makronya dibanding padi organik NASA pola SRI. Perbedaan mencolok lainnya pada penggunaan pestisida kimia pada budidaya padi non – organik lebih tinggi dibanding padi organik NASA yang menggunakan pestisida alami. Sementara untuk biaya tenaga kerja tidak ada perbedaan yang cukup berarti, hanya terjadi pada pemupukan dan panen.
Secara keseluruhan biaya opersional budidaya padi organik NASA pola SRI per ha adalah Rp 7.967.500,- dan non – organik adalah Rp 8.150.000,- . terjadi penghematan sebesar Rp 182.000,- untuk budidaya padi organik NASA pola SRI.
Tabel 6. Analisis Usaha Budidaya Padi Mentik Wangi Susu Sawangan per ha
|
|
|
|
|
|
|
| KOMPONEN BIAYA | HARGA | ORGANIK NASA SRI | AN-ORGANIK |
|
No | per satuan | VOLUME | BIAYA | VOLUME | BIAYA |
|
| A. BIAYA SARANA PRODUKSI | ( Rp ) |
|
| ( Rp ) |
|
| ( Rp ) |
|
1 | Sewa Lahan | 3.000.000 | 1 | ha/musim | 3.000.000 | 1 | ha/musim | 3.000.000 |
|
2 | Benih | 10.000 | 10 | kg | 100.000 | 30 | kg | 300.000 |
|
3 | SUPERNASA @ 250 gr | 35.500 | 15 | botol | 532.500 | - | - | - |
|
4 | POC NASA @ 500 ml | 26.000 | 10 | botol | 260.000 | - | - | - |
|
5 | HORMONIK @ 100 ml | 21.750 | 10 | botol | 217.500 | - | - | - |
|
6 | POWER NUTRION @ 500 gr | 89.000 | 5 | botol | 445.000 |
|
|
|
|
7 | Pupuk Kandang ( Kompos ) | 100 | 2.000 | kg | 200.000 | - | - | - |
|
8 | Pupuk UREA | 1.800 | 50 | kg | 90.000 | 200 | kg | 360.000 |
|
9 | Pupuk NPK | 2.000 | 100 | kg | 200.000 | 250 | kg | 500.000 |
|
10 | DOLOMIT | 2.400 | 250 | kg | 600.000 | 500 | kg | 1.200.000 |
|
11 | PESTONA | 29.500 | 5 | botol | 147.500 | - | - | - |
|
12 | BVR | 21.000 | 5 | kotak | 105.000 | - | - | - |
|
13 | PESTISIDA KIMIA | 70.000 | - | - | - | 10 | botol | 700.000 |
|
| Sub total A |
|
|
| 5.897.500 |
|
| 6.060.000 |
|
| B. TENAGA KERJA |
|
|
|
|
|
|
|
|
1 | Persiapan Olah Lahan | 17.500 | 5 | HOK | 87.500 | 5 | HOK | 87.500 |
|
2 | Luku Garu ( Traktor ) | 500.000 | 1 | Unit | 500.000 | 1 | Unit | 500.000 |
|
3 | Tanam | 15.000 | 30 | HOK | 450.000 | 30 | HOK | 450.000 |
|
4 | Pemupukan | 20.000 | 5 | HOK | 100.000 | 7 | HOK | 140.000 |
|
5 | Penyiangan | 20.000 | 20 | HOK | 400.000 | 20 | HOK | 400.000 |
|
6 | Penyemprotan | 20.000 | 4 | HOK | 80.000 | 5 | HOK | 100.000 |
|
7 | Panen | 20.000 | 22 | HOK | 440.000 | 20 | HOK | 400.000 |
|
| Sub total B |
|
|
| 2.070.000 |
|
| 2.090.000 |
|
| Total Biaya (A + B) |
|
|
| 7.967.500 |
|
| 8.150.000 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| PENDAPATAN ORGANIK NASA | 4.000 | 8.000 | kg | 32.000.000 |
|
|
|
|
| PENDAPATAN AN-ORGANIK | 3.500 |
|
|
| 6.000 | kg | 21.000.000 |
|
| KEUNTUNGAN |
|
|
| 24.032.500 |
|
| 10.580.000 |
|
| B/C Ratio |
|
|
| 4,02 |
|
| 2,58 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
HOK = Hari Orang Kerja
Catatan :
- Analisis usaha tani tergantung dari kondisi tanah, iklim, harga ( saprodi, upah tenaga kerja dan sewa lahan ) dan sumber daya manusia ( skill ) di daerah setempat
- Keuntungan akan bertambah, jika sewa lahan tidak dihitung karena milik sendiri, serangan hama penyakit berkurang dan tenaga kerja sebagian dikerjakan sendiri
PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN
Hasil analisis tabel 6 diperoleh data bahwa setiap hektar sawah mampu menghasilkan gabah kering giling ( GKG ) sebanyak 8.000 kg untuk padi organik NASA pola SRI dan 5.000 kg untuk padi non – organik. Harga GKG untuk padi organik NASA dihargai Rp 4.000,- dan padi non – organik dihargai Rp 3.500,-. Sehingga pendapatan kotor padi organik NASA sebanyak 8.000 kg x Rp 4.000,- = Rp 32.000.000,-, sedang yang padi non – organik sebanyak 6.000 kg x Rp 3.500,- = Rp 21.000.000,-, sehingga dengan teknologi padi organik NASA ada selisih pendapatan kotor sebesar Rp 32.000.000 – Rp 21.000.000 = Rp 11.000.000,-. Setelah digiling menjadi beras, maka dihasilkan beras padi Organik NASA sebanyak = 70 % x 8.000 kg = 5.600 kg / ha. Bila harga beras organik NASA Rp 9.500,- / kg, maka pendapatan kotor beras organik NASA sebesar = 5.600 x Rp 9.500 = Rp 53.200.000,-. Sedang padi non – organik jika dijadikan beras sebanyak = 65 % x 6.000 kg = 3.900 kg / ha. Harga beras non organik lebih rendah yaitu Rp 8.500 / kg, sehingga pendapatan kotor beras non – organik sebesar = 3.900 x Rp 8.000 = Rp 31.200.000,-, sehingga keuntungan bertani padi organik NASA sebesar Rp 53.200.000 – Rp 31.200.000 = Rp 22.000.000,- / ha. Jika dikurangi dengan biaya operasional, maka keuntungan padi organik NASA dari hasil penjualan gabah kering panen adalah pendapatan kotor GKG – biaya operasional = Rp 32.000.000 – Rp 7.967.500 = Rp 24.032.000,-, sedangkan keuntungan padi non – organik adalah pendapatan kotor GKG – biaya operasional = Rp 21.000.000 – Rp 8.150.000 = Rp 10.580.000,-, jadi ada selisih keuntungan BERSIH budidaya padi organik NASA GKG sebesar Rp 24.032.000 – Rp 10.580.000 = Rp 13.452.500. Jika diwujudkan dalam beras, maka keuntungan akan lebih besar lagi. Keuntungan padi organik NASA dalam wujud beras adalah pendapatan kotor beras padi organik NASA – biaya operasional = Rp 53.200.000 – Rp 7.967.000 = Rp 45.233.000,-, sedang keuntungan padi non – organik dalam wujud beras adalah pendapatan kotor beras non organik – biaya operasional = Rp 31.200.000 – Rp 8.150.000 = Rp 23.050.000, jadi selisih keuntungan bersih jika diwujudkan beras budidaya padi organik NASA adalah Rp 45.233.000 – Rp 23.050.000 = Rp 22.183.000.
ANALISIS FINANSIAL
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usaha budidaya padi secara organik NASA dengan pola SRI dibandingkan budidaya padi non - organik. Pembahasan mengenai analisis finansial terdiri dari BEP ( break even point) , B/C ( benefit cost) ratio dan ROI ( return of investment ).
- Beras Organik NASA
a. BEP ( break even point )
Suatu usaha budidaya dikatakan pada titik BEP berate besarnya hasil sama dengan modal yang dikelurkan atau sering disebut titik impas usaha atau balik modal. Perhitungan BEP ada dua, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga produksi.
Biaya operasional Rp 7.967.500
BEP Volume produksi = ----------------------- = ----------------- = 1.991,9 kg
Harga produksi Rp 4.000 / kg
Artinya, titik balik modal usaha budidaya padi organik NASA pola SRI akan tercapai pada tingkat volume produksi sebanyak 1.991,9 kg GKG per ha untuk sekali panen dengan harga Rp 4.000,- / kg
Biaya operasional Rp 7.967.500
BEP harga produksi = ----------------------- = ----------------- = Rp 995,9 / kg
Jumlah produksi 8.000 kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah kering giling beras organic NASA yang diperoleh dijual dengan harga Rp 995,9 / kg dengan produksi 8.000 kg per ha.
b. B/C ( benefit cost ) ratio
B/C ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara hasil penjualan ( pendapatan ) dengan biaya operasional. Bila nilai yang diperoleh lebih dari satu maka usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Namun bila, kurang dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak.
Hasil Penjualan Rp 32.000.000
B/C ratio = -------------------------- = --------------------- = 4,02
Biaya Operasional Rp 7.967.500
Artinya, dari biaya yang dikeluarkan akan dioperoleh hasil penjualan sebesar 4,02 kali lipat sehingga sangat layak untuk diusahakan.
c. ROI ( return of investment )
Analisis ROI digunakan untuk mengetahui effiensi penggunaan modal, yaitu ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya operasional.
Keuntungan Rp 24.032.500
ROI = -------------------------- x 100 % = ---------------------- x 100 %
Biaya Operasional Rp 7.967.500
= 301,6 %
Artinya, dari biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp 301,6 sehingga penggunaan modal untuk usaha ini sangat effisien.
- Beras non – organik
a. BEP ( break event point )
Rp 8.150.000
BEP volume produksi = ------------------- = 2.328,6 kg
Rp 3.500 / kg
Artinya, titik balik modal usaha budiaya padi non – organik akan tercapai pada tingkat volume produksi sebanyak 2.328,6 kg untuk sekali panen per ha
Rp 8.150.000
BEP harga produksi = ------------------- = Rp 1.358,3 / kg
6.000 kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga GKG padi non – organik yang diperoleh dijual dengan harga Rp 1.358,3 / kg.
b. B / C ( benefit cost ) Ratio
Rp 21.000.000
B / C ratio = -------------------- = 2,58
Rp 8.150.000
Artinya, dari biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 2,58 kali lipat, sehingga juga sangat layak diusahakan
c. ROI ( return of investment )
Rp 10.580.000
ROI = -------------------- x 100 % = 129,8 %
Rp 8.150.000
Artinya, dari biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100 akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp 129,8 sehingga penggunaan modal untuk usaha ini juga effisien.
Dari hasil analisis financial, dapat disimpulkan bahwa budidaya padi organik NASA pola SRI masih lebih layak dibanding padi non – organik. Hal ini dapat dilihat dari titik impas volume dan harga produksi GKG padi organic NASA jauh lebih kecil dibanding GKG padi non – organik serta hasil produksi gabah dan berasnya pun lebih tinggi yang padi organik NASA dibanding padi non – organik.
Untuk perhitungan B / C ratio dan ROI, budidaya padi organic NASA masih jauh lebih besar dibanding non – organik, yaitu 4,02 ( keuntungan hampir 4 kali lipat ) dan 2,58 ( keuntungan dua setengah kali ). Sementara untuk ROI padi organic NASA diperoleh angka 301,6 % dan pada padi non – organik sebesar 129,8 %. Angka ini menunjukkan keuntungan yang diperoleh dari budidaya padi secara organik NASA pola SRI hampir dua setengah kali lipat keuntungan budidaya padi non – organik. Sehingga modal usaha akan lebih cepat kembali pada budidaya padi secara organic NASA pola SRI.
Jadi berbudidaya tanaman padi secara organik dengan teknologi NASA pola SRI lebih menguntungkan dibandingkan budidaya padi non – organik, apalagi jika petani mau menjual sendiri dalam bentuk beras, sehingga keuntungan akan jauh lebih tinggi. Selain itu juga aman untuk dikonsumsi manusia dan ramah lingkungan.
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com